Senin, 03 Desember 2012

Sejarah Genteng Sokka



Sejarah Pabrik Genteng Sokka Versi 3

Pabrik Menjamur, Pamor Kian Menurun

KEJAYAAN pabrik genteng AB Sokka pada masa lalu membuat banyak warga ikut-ikutan mendirikan pabrik genteng di Kebumen. Dan, sejak saat itulah menjamurlah industri genteng terutama di Kecamatan Pejagoan dan Sruweng.
Pada mulanya, yang mendirikan pabrik merupakan keturunan H Abu Ngamar, namun seiring dengan perkembangan jaman, banyak pula orang lain yang menjadi perajin genteng.

Salah satu pabrik yang cukup tua berada di sebelah utara Stasiun Sokka. Namun puing-puingnya saat ini sudah tidak terlihat lagi. Pabrik tersebut dulu merupakan milik saudara H Ahmad Nasir. Sebuah pabrik genteng anak perusahaan AB Sokka berdiri dekat rel di Kecamatan Sruweng. Sampai saat ini, cerobong tuanya masih dapat disaksikan.

Ya, rata-rata mereka menggunakan nama belakang Sokka. Maklum pada masanya, genteng Sokka dikenal paling unggul dalam kualitasnya. Dalam perkembangannya jumlah perajin semakin bertambah hingga jumlahnya seperti saat ini. Adapun mereka genteng yang cukup populer sampai saat ini adalah MS Sokka dan MAS Soka.

Pabrik genteng Sokka tidak hanya dapat dilihat sepanjang jalan antara di Kecamatan Pejagoan dan Sruweng. Saking terkenalnya genteng Sokka, bermunculan pula genteng merek “Sokka” dari daerah lainnya seperti di Yogyakarta dan Kudus. Padahal, menurut Abu Ahmar, salah satu penerus genteng AB Sokka pada awal masa Orde Baru hanya ada sekitar 10 pabrik genteng di Kebumen.
Kualitas Merosot
Menurut Abu Ahmar, perkembangan zaman termasuk perubahan moda transportasi dari kereta api menjadi truk cukup berpengaruh pada industri genteng Kebumen. Belum lagi, sentra-sentra genteng di luar Kebumen, seperti Jatiwangi, Cikarang, dan Karangpilang juga berkembang cukup pesat.

Kondisi tersebut diperparah, sebagian besar pembangunan terpusat di Jakarta. Para pengguna pun mulai meninggalkan genteng Kebumen karena biaya transportasi yang dibutuhkan cukup tinggi dibandingkan dengan Jawa Barat. Hal itulah yang membuat pamor genteng Sokka menurun. “Pengguna lebih memilih genteng dari pabrik yang terdekat,” ujar Abu Ahmar yang merupakan cucu dari H Ahmad Nasir.

Kemerosotan genteng Sokka juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain menurunnya kualitas produk yang disebabkan oleh bahan baku dan proses produksi. Dari sisi pemprosesan bahan baku, kualitas genteng jaman dulu dengan sekarang jauh berbeda.

Dulu, tanah liat yang diambil dari sawah tidak langsung diolah, melainkan dibiarkan selama 10 hari di dekat pabrik. Dengan dibiarkan dalam waktu lama, akar, sisa tanaman, maupun dedaunan yang bercampur dalam tanah membusuk. Dengan demikian genteng yang dihasilkan tidak menyisakan lubang sedikitpun.

Sumber: (Supriyanto-46)
http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=109017
 
 
seiring berjalannya waktu, usaha pembuatan genteng tidak hanya ada di daerah sokka/ pejagoan, melainkan menyebar ke berbagai wilayah di daerah kebumen salah satunya adalah di desa sruweng.
H. Sobardi merupakan salah satu pembuat genteng sokka yang tidak diragukan lagi kualitasnya.
untuk pemesanan atau menanyakan masalah genteng silahkan hubungi :
H. Sobardi
Cp.(
08156510263)
yang beralamat di Jl. Raya Sruweng, Depan SLTP Negeri 1 Sruweng
ke utara ± 200 m.

ingat jika anda belum pernah datang ke tempat daerah pembuat genteng, hati2 karena banyak calo / maklar yang selalu sigap untuk beraksi. Jadi demi kenyamanan silahkan hubungi Bpk. H. Sobardi (
08156510263).

Sejarah genteng Sokka

Sejarah Genteng Sokka Versi 2
KEBERADAAN industri genteng di Kabupaten Kebumen memiliki sejarah yang panjang. Jauh sebelum mengenal genteng, sebagian masyarakat Kebumen telah memiliki keterampilan membuat tembikar. Hal itu didukung jenis tanah terutama di wilayah Sokka, Wonosari, Sruweng, dan Klirong yang cukup bagus untuk dijadikan gerabah.
    Sebelum abad ke-20, masyarakat di Kebumen sudah banyak yang membuat gerabah untuk alat-alat rumah tangga seperti tungku, gentong, padasan, blengker, jambangan, kendil, cowek, jubek dan aneka gerabah lain yang terbuat dari tanah liat. Bahkan sampai saat ini, keahlian turun temurun yang konon persinggungan dengan kebudayaan cina itu masih bertahan. Warisan keahlian membuat gerabah secara turun tersebut sampai saat ini masih diteruskan oleh masyarakat di Desa Gebangsari Kecamatan Klirong yang terkenal sebagai sentra gerabah di Kebumen.
    Munculnya kerajinan genteng di Kebumen bermula ketika sekitar tahun 1920-an, pemerintah kolonial Belanda melakukan penelitian untuk memetakan daerah-daerah yang tanahnya bagus untuk dijadikan atap bangunan. Saat itu dibentuklah Balai Keramik yang berkedudukan di Bandung.
    Adapun, Kebumen merupakan salah satu dari sejumlah daerah yang memiliki potensi untuk dijadikan sentra genteng. Selain Kebumen, daerah lain ialah Karangpilang, Jatim, Cikarang, dan Jatiwangi. Daerah-daerah tersebut sampai saat ini masih terkenal sebagai sentra industri genteng.
    Genteng-genteng tersebut untuk memenuhi pembangunan infrastruktur termasuk untuk dijadikan atap pabrik gula. Bahkan di Kebumen juga saat itu terdapat dua pabrik gula yakni di Prembun yang bekasnya saat ini dijadikan Pos Polisi Prembun. Yang kedua berada di Kebumen yang saat ini menjadi RSUD Kebumen. Gudang pabrik gula itu, saat ini sudah berubah menjadi Gedung Olahraga yang masih belum difungsikan.
    Selain itu, pengenalan genteng sebagai atap juga dilakukan oleh kolonial Belanda. Misi kesehatan dilakukan karena pada saat itu di Jawa terjadi wabah wabah pes. Khusus penyakit pes inilah yang membuat Belanda merasa khawatir, karena banyak tenaga kerja pribumi yang tidak bisa maksimal karena terserang penyakit tersebut.
    Pokok persoalan itu diketahui, ternyata akibat sebagian besar rumah penduduk saat itu masih beratapkan rumbia. Padahal atap tersebut sering dijadikan sarang tikus yang menjadi penyebab wabah pes.
    Untuk pertama kali, Belanda mendirikan sebuah pabrik genteng di Kebumen persisnya di Pejagoan. Namun saat ini bekas pabrik tersebut sudah tidak bisa dilihat lagi karena sudah didirikan bangunan baru yakni SMP Negeri 1 Pejagoan. Pabrik yang didirikan oleh Belanda itulah yang pertama kali berdiri di Kebumen. Namun pabrik tersebut musnah pada masa perang kemerdekaan karena dihancurkan oleh para pejuang. Infrastruktur lain yang dihancurkan ialah jembatan Tembana agar pasukan Belanda tidak bisa melewati sungai Luk Ulo.
Abu Ngamar
    Adapun, orang pribumi pertama kali yang membuat kerajinan genteng di Kebumen ialah H Ahmad. Namun pembuatan genteng masih belum menggunakan mesin. Produksi genteng masih dilakukan secara manual. Akan tetapi dari sinilah cikal bakal industri genteng di Kebumen. Setelah itu, H Abu Ngamar salah satu anak H Ahmad yang mengenal orang Belanda mendirikan sebuah pabrik genteng di Sokka, sekitar 200 meter dari Stasiun Sokka di Pejagoan.
    Atas bantuan guru Sekolah Teknik  itu, mesin pabrik tersebut konon didatangkan dari Jerman. Karena berkualitas baik, produknya banyak digunakan untuk atap sejumlah pabrik gula di Jawa. Merek genteng yang legendaris itu adalah AB Sokka. Sampai saat ini di lokasi pabrik yang berlokasi di Dusun Sokka, Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan masih dapat ditemui lima buah cerobong pembakaran genteng yang kuno yang berdiri kokoh. Namun cerobong tersebut sudah tak lagi pakai. Di kawasan itu pula masih tampak deretan ruang penyimpanan genteng termasuk dari bekas-bekas rel dari dalam pabrik yang tersambung menuju Stasiun Sokka.
    Untuk menelusuri jejak sejarah genteng Sokka, Saya menemui salah satu cucu Abu Ngamar yang bernama Abu Ahmar (63) di kediamannya RT 01 RW 05 Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan. Rumahnya berada sekitar 200 meter dari pabrik genteng kuno itu. Abu Ahmar adalah salah satu keturunan Abu Ngamar yang paham betul soal sejarah genteng Sokka. Bahkan dia kerap dijadikan rujukan bagi para mahasiswa yang tengah menyusun skripsi tentang sejarah genteng Kebumen.
    Abu Ahmar menceritakan, sekitar tahun 1940 sebagian bangunan pabrik AB Sokka hancur akibat perang. Meski cerobongnya tidak ikut roboh, namun selama satu dasa warsa AB Sokka terguncang akibat revolusi fisik. Usaha itu bangkit kembali setelah masa kemerdekaan. Setelah Abu Ngamar meninggal, pengelolaan pabrik genteng dilanjutkan oleh H Ahmad Nasir. Sekitar tahun 1950 usaha pabrik sudah dibantu oleh perbankan yang saat itu bernama Bank Industri Negara (BIN) kemudian beralih nama menjadi Bapindo dan saat ini dimerger menjadi Bank Mandiri.
Dalam pengiriman genteng, AB Sokka memanfaatkan Stasiun Sokka. Untuk itulah dari dalam pabrik dibuat lori kecil hingga bersambung dengan Stasiun Sokka.
Masa Keemasan
    Genteng AB Sokka terus menanjak bahkan berada alam masa jayanya, yakni pada periode 1970-1980. Apalagi pada saat itu, pemerintah merekomendasikan genteng Sokka untuk digunakan sebagai atap di gedung pemerintah. Menurut Abu Ahmar, pembangunan Akabri Magelang yang saat ini bernama Akademi Militer (Akmil) atapnya menggunakan genteng Sokka. Termasuk pusat perkantor di kawasan Kabayoran Baru Jakarta juga menggunakan genteng dari Kebumen.
    Melihat masa kejayaan AB Sokka, menjamurlah industri genteng di Kabupaten Kebumen terutama di Pejagoan yang rata-rata menggunakan nama Sokka. Pada awalnya yang mendirikan pabrik masih keluarga. Namun seiring dengan perkembangan waktu, banyak yang membuat pabrik genteng hingga sebegitu banyak seperti saat ini.
"Padahal pada awal masa Orde Baru hanya ada sekitar ada 10 pabrik saja di Kebumen," ujar Abu Ahmar.
    Bahkan, pabrik genteng Sokka tidak hanya dapat dilihat sepanjang jalan antara di Kecamatan Pejagoan dan Sruweng. Saking terkenalnya genteng Sokka, banyak sekali bermunculan genteng merek "Sokka" dari daerah lainnya seperti di Yogyakarta dan Kabupaten Kudus

Sumber:
http://ondosupriyanto.blogspot.com/2011/10/sejarah-genteng-sokka.html
seiring berjalannya waktu, usaha pembuatan genteng tidak hanya ada di daerah sokka/ pejagoan, melainkan menyebar ke berbagai wilayah di daerah kebumen salah satunya adalah di desa sruweng.
H. Sobardi merupakan salah satu pembuat genteng sokka yang tidak diragukan lagi kualitasnya.
untuk pemesanan atau menanyakan masalah genteng silahkan hubungi :
H. Sobardi
Cp.(
08156510263)
yang beralamat di Jl. Raya Sruweng, Depan SLTP Negeri 1 Sruweng
ke utara ± 200 m.

ingat jika anda belum pernah datang ke tempat daerah pembuat genteng, hati2 karena banyak calo / maklar yang selalu sigap untuk beraksi. Jadi demi kenyamanan silahkan hubungi Bpk. H. Sobardi (
08156510263).

Sejarah Pabrik Genteng Sokka


Sejarah Pabrik Genteng Sokka Versi 1.

Industri genteng di Kabupaten Kebumen memiliki sejarah panjang. Sampai saat ini, keberadaan industri masih menjadi sandaran untuk menghidupi ribuan warga.
kalo menurut cerita dari orang tua, yang kebetulan notabennya adalah pengrajin genteng sokka,
katanya "Mengapa genteng kebumen terkenal dengan sebutan Genteng SOKKA"?????
jawabnya: karena dulu awal didirikan pabrik genteng berada di daerah Sokka, dan untuk pengiriman genteng yang jarak dekat menggunakan gerobak yang di tarik dengan kuda atau sapi maupun kerbau, tapi untuk pengiriman genteng yang jaraknya cukup jauh, sampai keluar kota, menggunakan alat transportasi kereta api.Kebetulan stasiun yang terdekat dengan pabrik genteng adalah stasiun SOKKA sehingga tempat bongkar muat genteng terjadi di stasiun SOKKA, sampai2 dibuat jalur rel kereta api dari stasiun ke pabrik genteng. Dari situlah mengapa genteng kebumen terkenal sebagai genteng SOKKA.

untuk sejarah dari hasil wawancara seseorang wartawan sebagai berikut:
JAUH sebelum mengenal genteng, sebagian masyarakat di Kabupaten Kebumen telah memiliki keterampilan membuat tembikar. Hal itu didukung jenis tanah di Sokka, Wonosari, Sruweng, dan Klirong yang bagus untuk bahan tembikar.
Sebelum abad ke-20, sudah banyak warga yang membuat gerabah untuk alat-alat rumah tangga seperti tungku, gentong, padasan, blengker, jambangan, kendil, cowek, dan jubek dari tanah liat.
Bahkan sampai saat ini, keahlian turun-temurun yang konon hasil interaksi dengan kebudayaan China itu masih bertahan. Warisan keahlian membuat gerabah diteruskan masyarakat Gebangsari Kecamatan Klirong yang terkenal sentra gerabah Kebumen.
Kerajinan genteng muncul sekitar tahun 1920-an. Saat itu, Pemerintah kolonial Belanda melakukan penelitian untuk memetakan daerah-daerah yang memiliki tanah bagus untuk bahan atap bangunan.
Saat itu, dibentuklah Balai Keramik di Bandung. Kebumen merupakan salah satu dari sejumlah daerah yang memiliki potensi sentra genteng.

Genteng-genteng tersebut untuk memenuhi pembangunan infrastruktur termasuk untuk dijadikan atap pabrik gula. Bahkan di Kebumen juga terdapat dua pabrik gula, yakni di Prembun yang bekasnya jadi Pos Polisi Prembun dan di Kebumen yang saat ini menjadi RSUD.
Pengenalan genteng sebagai atap juga dilakukan oleh tim kesehatan Belanda. Misi kesehatan dilakukan karena saat itu terjadi wabah pes. Saat itu, banyak tenaga kerja pribumi yang tidak bisa maksimal karena terserang penyakit tersebut. Terungkap, sebagian besar rumah yang saat itu masih beratap rumbia menjadi penyebab penularan pes. Sebab atap sering dijadikan sarang tikus penyebab pes.
Untuk pertama kali, Belanda mendirikan sebuah pabrik genteng di Kebumen persisnya di Pejagoan. Namun saat ini, bekas pabrik sudah tidak bisa dilihat karena sudah menjadi gedung SMP Negeri 1 Pejagoan. Pabrik hancur saat perang kemerdekaan.
Pertama
Orang Jawa pertama yang membuat kerajinan genteng adalah H Ahmad. Namun pembuatan genteng masih belum menggunakan mesin. Produksi genteng masih manual. Namun dari sinilah cikal bakal industri genteng di Kebumen. Setelah itu, H Abu Ngamar salah satu anak H Ahmad mendirikan pabrik genteng di Sokka, 200 meter dari Stasiun Sokka di Pejagoan.
Atas bantuan kawannya guru teknik Belanda, mesin pabrik didatangkan dari Jerman. Produk banyak digunakan untuk atap pabrik gula di Jawa. Merek genteng yang legendaris itu adalah AB Sokka. Sampai saat ini, di bekas lokasi pabrik di Dusun Sokka, Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan masih dapat ditemui lima cerobong pembakaran genteng. Namun cerobong tersebut sudah tak dipakai. Di kawasan itu juga tampak deretan ruang penyimpanan genteng, termasuk dari bekas-bekas rel dari dalam pabrik yang tersambung menuju Stasiun Sokka.
Untuk menelusuri jejak sejarah genteng Sokka, Suara Merdeka menemui salah satu cucu Abu Ngamar yang bernama Abu Ahmar (63) di kediamannya RT 1 RW 5 Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan. Rumahnya 200 meter dari pabrik genteng kuno itu. Abu Ahmar adalah salah satu keturunan Abu Ngamar yang paham betul soal sejarah genteng Sokka. Bahkan dia kerap dijadikan rujukan bagi para mahasiswa yang tengah menyusun skripsi tentang genteng Kebumen.
Abu Ahmar menceritakan, sekitar tahun 1940 sebagian bangunan pabrik AB Sokka hancur akibat perang. Meski cerobongnya tidak ikut roboh, namun selama satu dasa warsa AB Sokka terguncang akibat revolusi fisik. Usaha itu bangkit kembali setelah masa kemerdekaan.
sumber:
suaramerdeka.com

seiring berjalannya waktu, usaha pembuatan genteng tidak hanya ada di daerah sokka/ pejagoan, melainkan menyebar ke berbagai wilayah di daerah kebumen salah satunya adalah di desa sruweng.
H. Sobardi merupakan salah satu pembuat genteng sokka yang tidak diragukan lagi kualitasnya.
untuk pemesanan atau menanyakan masalah genteng silahkan hubungi :
H. Sobardi
Cp.(
08156510263)
yang beralamat di Jl. Raya Sruweng, Depan SLTP Negeri 1 Sruweng
ke utara ± 200 m.

ingat jika anda belum pernah datang ke tempat daerah pembuat genteng, hati2 karena banyak calo / maklar yang selalu sigap untuk beraksi. Jadi demi kenyamanan silahkan hubungi Bpk. H. Sobardi (
08156510263).

Senin, 12 November 2012

Proyek Renovasi Atap beberapa Instansi tahun 2012


Mulai bulan September 2012 kemarin. alhamdulillah penjualan genteng di wilayah Kebumen ksususnya di daerah Sruweng meningkat,
Itu di sebabkan karena permintaan dari para konsumen meningkat, yang dibarengi dengan proyek renovasi atap, beberapa instansi2 di beberapa kabupaten seperti : kab. Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, wilayah Purwokerto, Temanggung, Cilacap, Kebumen, dan beberapa kota lainnya di wilayah Jawa Tengah.
Menurut pengamatan saya dari tahun 2009 sampai sekarang, proyek ini hampir berjalan tiap tahun, dan biasanya terjadi pada sekitar bulan September-Desember.
Denger2 dari beberapa rekan dan client katanya sich' Proyek harus selesai akhir Desember atau akhir taun.
alhasil stok barang di wilayah kebumen menjadi menipis, sehingga dengan masalah ini muncullah hukum ..((((.hukum kelangkaan barang kali ya....))) (maklum bukan sarjana ekonomi jadi g tau hukum apa namanya.
yang jelas’ “semakin langka barang ( stok menipis) maka akan semakin mahal juga harga barang tersebut.
he,,he,,
saya sendiri yang sudah lama bergelut di dunia pergentengan juga heran, kenapa harga genteng jadi mahal banget untuk bulan2 tersebut.
kadang saya merasa kasian ama konsumen yang di pake sendiri, bukan untuk kantor atau instansi, secara tidak langsung mereka ikut menanggung imbas dari mahalnya harga genteng.
tapi mau gimana lagi jika emang udah butuh, dan sudah tahap pemasangan atap, walau mahalpun tetep mereka beli.
Efek dari Mega Proyek renovasi atap

Ø  Bagi pengrajin/ penjual Genteng
imbas dari proyek besar2an yang terjadi hampir tiap taun ini, membuat mereka bersyukur atas rejeki yang telah diberikan kepada mereka, dan membuat para penjual menjadi akur dan mempererat tali silaturahmi mereka, karena mereka harus joint dengan teman2 sesama penjual genteng jika stok yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
Ø  Bagi konsumen
imbas dari proyek besar2an ini akan membuat para konsumen harus merogoh kocek mereka yang cukup banyak karena malonjaknya harga barang. Dan mereka harus rela mengantri giliran dikarenakan para penjual genteng kehabisan stok. Jadi bisa dibayangkan seperti mengantri BBM, “siapa cepat dia dapat”.
Tidak jarang para konsumen pulang dengan tangan kosong karena langsung datang ke lokasi dengan membawa kendaraan (truk) dengan harapan mereka dapat langsung membeli dan membawa genteng tersebut pulang kerumah.
Oleh karena itu untuk mempermudah pembelian dan supaya konsumen tidak kecewa sudah jauh2 datang ke kebumen dan pulang dengan tangan kosong, maka bagi para konsumen silahkan menghubungi penjual genteng terlebih dahulu untuk pemesanan dan menanyakan soal negosiasi harga.
Anda dapat menghubungi
H. Sobardi
Cp.(
08156510263)
yang beralamat di Jl. Raya Sruweng, Depan SLTP Negeri 1 Sruweng
ke utara ± 200 m.

ingat jika anda belum pernah datang ke tempat daerah pembuat genteng, hati2 karena banyak calo / maklar yang selalu sigap untuk beraksi. Jadi demi kenyamanan silahkan hubungi Bpk. H. Sobardi (
08156510263).